Belajar Pangan Lokal dengan Mbah Sujono
Mbah Sujono merupakan salah satu warga Desa Winong sekaligus kakek saya. Beliau berumur sekitar 70 tahun. Dalam kesehariannya beliau bekerja sebagai seorang petani. Pangan lokal yang biasa ditanam adalah padi dan kacang-kacangan. Ketika musim hujan beliau menanam padi dan ketika datang musim kemarau, beliau menanam kacang-kacangan. Saat menanam padi beliau biasa memperkerjakan beberapa orang untuk menanam padi, maupun memanennya.
Sepulang sekolah, setelah selesai sholat dan mandi, sekitar pukul 5, saya mewawancarai Mbah Sujono yang kebetulan saat itu sedang berada di rumah saya. Saya pun meminta izin untuk wawancara dengan beliau. Pertanyaan yang akan saya tanyakan saat wawancara sudah saya siapkan. Saya mulai bertanya mengenai pangan lokal. Pertanyaan yang saya ajukan diantaranya, tentang cara menanam, memanen, mengolah dan memakan kacang hijau. Beliau memberikan jawaban dan saya pun mencatat jawaban yang telah beliau berikan.
Menanam kacang hijau, sudah menjadi tradisi dalam budidaya pangan lokal. Tidak hanya Mbah Sujono, banyak petani lain yang juga menanam kacang hijau di Desa Winong. Menurut Mbah Sujono untuk menanam kacang hijau diperlukan beberapa tahapan. Yang pertama dilakukan yaitu memilih biji kacang dengan kualitas yang bagus untuk kemudian disebarkan di tanah sawah yang sudah dilubangi (ditaju) sebelumnya, dan setelahnya tanah diratakan. Selanjutnya tunggu hingga tanaman kacang hijau tumbuh dan muncul daun untuk diberikan pupuk. Pupuk diberikan lagi ketika tanaman kacang hijau sudah berbunga. Dan ketika tanaman kacang hijau sudah berbuah maka diberikan pupuk lagi.
Kemudian untuk memanen kacang hijau, juga diperlukan beberapa tahapan. Mulai dari memetik/menuai buah kacang hijau yang kulitnya sudah berwarna coklat kehitaman. Lalu kacang hijau yang sudah dipetik sebelumnya dijemur dibawah sinar matahari, hingga kulitnya kering. Jika sudah kering, selanjutnya kacang ditumbuk/dipukul-pukul hingga kulit kacang terlepas dari biji kacang hijau. Kacang hijau yang sudah terpisah dari kulitnya selanjutnya ditampi hingga biji kacang hijau bersih dari kulitnya. Biji kacang hijau yang sudah bersih pun siap untuk diolah menjadi berbagai olahan.
Olahan yang dapat dibuat dari kacang hijau diantaranya yaitu, tauge, bubur kacang hijau, peyek kacang hijau, dan lain lain. Olahan kacang hijau ini dapat dimakan, dinikmati, dan disajikan dalam berbagai keadaan maupun acara. Bisa untuk dijual maupun konsumsi pribadi.
Mbah Sujono dan cerita kacang hijaunya merupakan bukti nyata bahwa masyarakat kita memiliki pengetahuan dan tindakan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Mbah Sujono dan bentangan sawahnya telah menjadi bukti nyata betapa berlimpahnya sumber daya alam ini untuk digunakan sebagai sumber daya yang kokoh. Begitunya cerita singkong yang memuat tentang cara menanam, memanen, mengolah, dan gaya menikmatinya merupakan model sosial nyata. Mbah Sujono dan cerita kacang hijaunya merupakan bagian kecil saja dari keragaman pangan lokal yang ada di Indonesia. Untuk itu, mari bersama-sama Mbah Sujono dan kacang hijaunya dalam menjaga ketersediaan pangan lokal kita.
Selamat hari pangan,
Mari menanam pangan
Mari membudayakan pangan lokal,
Menuju Indonesia berdaulat pangan.